
Assalamu'alaikum warahmatullah wabarakah..
Segala puji tercurah kepada Allah SWT. Semoga Allah memperkenankan Ramadahan kali ini lebih bermakna
Hari-hari ini masyarakat kita terutama mahasiswa dan sebagian pelajar lainnya tengah menggandrungi yang namanya Facebook. Facebook tampaknya kian merasuk menjadi life style baru bagi para generasi digital kota metropolitan. Barangkali ia juga sekaligus menjadi simbol kemutakhiran masa kini.
Namun bagi kaum muslimin yang saat ini berpuasa, kehadiran Facebook selalu merupakan sebuah kontradiksi yang sama-sama mesti kita pahami lebih dahulu penggunaannya. Kehadiran Facebook “memaksa” kita untuk always on dan always connected, dan diam-diam itu artinya merampas waktu berharga kita untuk melakukan “Perenungan”, melakukan kontemplasi, melakukan proses amal seperti tilawah, sholat, QL, baca buku dan belajar yang menyita waktu bagi orang yang mau beramal menjadi generasi yang mau menuju La'allakum Tattaqun (menjadi orang-orang yang bertakwa) sebagai mana tujuan dari berpuasa yang termaktub dalam surat Al-Baqarah: 183.
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa”
Kehadiran Facebook dan sejenisnya pada akhirnya mungkin tergelincir hanya menjadi sekedar simbol status, yang memperdayakan generasi Islam untuk berkonsentrasi menjalankan amal-amal kita di bulan Ramadhan, waktu tak terasa terbuang kemudian kita melewatkan detik demi detik bulan penuh berkah begitu saja dan kita kehilangan momentum di Ramadhan kali ini untuk mentarbiyah (mendidik) jiwa kita untuk menjadi lebih baik.
Tradisi tilawah kini hilang karena kesibukan kita online dengan kawan dengan menghabiskan waktu berjam-jam, tradisi i'tikaf kita bisa saja menjadi tak maksimal kerena terganggu bayang-bayang Facebook, ingatlah betapa kita sering lalai mengingat-Nya hingga jangan sampai Ramadhan kali ini terlewat begitu saja karena bisa saja Ramadhan kali ini adalah Ramadhan terakhir kita.
Puasa yang kita idam-idamkan kehadirannya hanya sekedar bulan pengisi kelengkapan kewajiban kita saja tanpa makna yang penting di dalamnya. Puasa kali ini adalah waktu yang tepat untuk memohon rahmat dan ampunan-Nya, dimana Allah secara cuma-cuma melipat gandakan segala pahala, bulan yang begitu sangat dinanti-nanti bagi orang orang yang beriman dan di sini, kredibilitas seseorang dilihat dari seberapa luas kesungguhan mereka dalam menjalankan ibadah Ramadhan ini.
Facebook juga baik, mungkin disini kita bisa menjalin silaturahmi dengan teman-teman lama kita (atau mungkin juga dengan bekas pacar semasa kita sekolah SMA dulu). Tapi selebihnya, yang ada di Facebook adalah kedangkalan. Yang ada melulu celotehan-celotehan pendek nan dangkal dan bising. Di sana kita jarang menemukan kedalaman yang bisa mendorong kita menjadi lebih baik yang jadinya malah lebih banyak lalainya dari pada maslahatnya (kebaikannya).
Pada akhirnya, Facebook mungkin sama sekali tak berbeda dengan kerumunan di pasar Gunungkidul atau terminal bis Pulogadung: sebuah tempat dimana orang saling ngobrol ngalor ngidul tanpa jelas juntrungannya. Medianya saja kelihatannya keren (wah hari gini, di jaman digital begini, elo belum jadi member facebook, begitu kata seorang teman), namun esensi Facebook sebenarnya tak lebih beda dengan terminal bis Pulogadung: bising, penuh celoteh dangkal, dan disana kita kita tak menemukan keheningan yang mengajak kita berpikir secara mendalam.
Yang kita salahkan bukan Facebooknya tapi pengguna yang kerap kali lebih banyak menggunakan Facebook bukan pada hal yang esensi tapi malah banyak senda gurau dan canda tawa yang membuat hati kita semakin keras dan lalai.
“Sungguh telah rugilah orang-orang yang mendustakan pertemuan mereka dengan Tuhan; sehingga apabila kiamat datang kepada mereka dengan tiba-tiba, mereka berkata: "Alangkah besarnya penyesalan kami, terhadap kelalaian kami tentang kiamat itu!", sambil mereka memikul dosa-dosa di atas punggungnya. Ingatlah, amat buruklah apa yang mereka pikul itu.“ (QS. Al An'aam ayat 31)
Begitulah, kehadiran media digital ini Facebook mungkin diam-diam telah merampas waktu berharga kita, kita rela menghabiskan berjam-jam waktu kita ber-facebook-ria. Kita mencurahkan begitu banyak waktu untuk berceloteh dengan friends kita di belantara Facebook. Dan diam-diam, kita kian lupa dengan bahwa Ramadhan kali ini terlewat begitu saja.
Tentunya gelar “takwa” kita tidak akan kita dapatkan jika kita menyia-nyiakan amal-amal ibadah kita di bulan Ramadhan kali ini, bagaimana mungkin spirit Ramadhan kita membawa kita untuk melaju mengenal dan mengajarkan Islam ke sebelas bulan berikutnya.
Dan dengan itu, Facebook sejatinya telah melakukan apa yang bisa disebut sebagai digital colonization: diam-diam mereka telah menjajah pikiran kita, dan secara perlahan mereka telah membunuh gairah masyarakat tanah air untuk semangat beramal dalam Ramadhan. Wallahu a'lam. [MZ]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar