Pertama, Motivasi ukhrawi. Motivasi ukhrawi adalah yang menjadi sebenar-benarnya kekuatan dasar para Mujahid Pena. Mereka hadir dengan motivasi untuk menggusung nila-nilai Rabbani. Mereka mengunakan pena sebagai senjatanya, bukan pedang. Para Mujahid Pena, tentu berbeda dengan para penulis konvensional karena sang mujahid menggusung sebuah idealisme yang tidak bisa dibeli ataupun dibayar dengan uang. Mereka menulis untuk memperbaiki kondisi masyarakatnya, menyebarkan Islam, memberi nasehat dan untuk membungkam fikrah-fikrah yang bertentangan dengan Al Haq.
Kedua, Aplikasi. Menulis bagi para Mujahid Pena, memiliki konsekuensi yang tidak ringan, yaitu ia harus terlebih dahulu mengamalkan apa-apa yang ia tulis. Landasannya adalah, �Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. Ash Shaff: 3). Menulis sesuatu yang dahsyat itu sulit, namun mengaplikasikan atau mengamalkan apa yang ditulis, adalah jauh lebih sulit. Oleh karena itu, para Mujahid Pena dapat berpikir berkali-kali sebelum membuat tulisan, karena ada pertanyaan dan pertimbangan besar, �Apakah saya sudah mengerjakan apa-apa yang akan saya tulis?� Pengamalan ini, dapat membuat tulisan Para Mujahid pena memiliki ruh untuk menembus hati manusia.
Tulisan Mujahid Pena, Dimuat
Bagi para Mujahid Pena, karena motivasinya adalah ukhrawi, maka perasaan senang ketika tulisannya dimuat, hendaknya dikembalikan kepada yang sifatnya ukhrawi pula. "(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan ALLAH tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri (QS Al Hadid:23). Senyumlah dalam duka, tenanglah dalam suka. Maka perasaan senang itu sebaiknya dikarenakan:
Pertama, bisa bermanfaat bagi orang lain, yang dengan tulisannya itu ia dapat menyampaikan kebenaran.
Kedua, jaringan media luas, yang berarti skup pembaca tepat sasaran dan semakin luas pula.
Ketiga, sesuai kriteria penulisan, yang mengindikasikan layak muat, sehingga dapat membuat strategi agenda penulisan selanjutnya.
Keempat,dapat memotivasi mujahid lain untuk semakin mengasah penanya.
Kode Etik Mujahid Pena
Bila para jurnalis dan wartawan memiliki kode etik, maka para Mujahid Pena juga memiliki kode etik yang harus dipatuhi, yaitu:
Pertama, kelurusan niat karena Allah SWT. Niat seorang mu�min itu paling utama dan janganlah sampai niatnya berbelok, seperti karena ingin disebut sebagai �penulis.� Bukan pula karena pujian, �Subhanallah, antum hebat!!!� atau pertanyaan yang menggelitik, �Antum dapat honor berapa?�
Kedua,menjaga orisinalitas Islam. Niat yang lurus saja tidak cukup, harus ditambah dengan kemampuan menjaga orisinalitas Islam agar yang disampaikan tidak menyimpang dan sesuai manhaj yang Islami.
Penutup
Dimuatnya tulisan dari orang-orang yang ingin menyampaikan Al Haq, tentu menjadi harapan kita bersama. Dan satu catatan penting, bahwa para Mujahid Pena tidak perlu gundah bila tulisannya tidak berhasil dimuat, karena hal itu bukanlah berarti kebaikan dan kebenaran yang kita sampaikan, luntur. Jadilah Mujahid Pena yang bermotto, �Kami adalah mata pena yang tajam, yang siap menuliskan kebenaran.�
Pada era virtual saat ini, kita dapat menyebarkan tulisan hasil pemikiran kita ke berbagai kalangan bahkan ke seluruh dunia, melalui mailis, email dan situs yang bisa diakses bebas oleh para netter. Atau membangun media cetak Islam sendiri adalah alternatif lain yang bisa dilakukan.
Kini, bagaimanakah agar para Mujahid Pena dapat semakin intens menembus media yang konvensional? Mengisi dengan substansi Islam dan mewarnai kolom-kolom dari media cetak daerah, pun nasional yang notabene tidak Islami, tetapi juga tidak anti Islam. Ini tentu menjadi PR kita bersama. (AW)

Tidak ada komentar:
Posting Komentar