Jumat, 01 Juni 2012

Pohon Kelapa Untuk Kehidupan

Oleh: Sukmawadi Sulistyo (PensClub)
Belajarlah dari pohon kelapa, begitu banyak manfaat yang bisa diambil darinya. Mulai dari akar sampai ujung daunnya sekalipun. Pohon kelapa memberikan manfaat keberadaannya bagi manusia. Tapi, jika kita perhatikan lebih dekat, pohon kelapa, bahkan pohon lainnya yang mempunyai buah, mengandung pelajaran tentang kehidupan.
Buah kelapa, yang semakin hari semakin besar, semakin matang semakin berat, tetapi hanya ditopang oleh tangkai buah yang kecil. Hal ini menyebabkan buah kelapa dapat jatuh sewaktu-waktu karena angin kencang atau goncangan. Seperti kita hidup sebagai manusia, tidak ada yang tahu kapan hari kematian kita tiba. Kita dilahirkan, menjalani hidup dan kemudian mati. Tidak ada seorang pun tahu kapan seorang anak akan dilahirkan, kepastian masa depannya, dan kapan mati serta bagaimana kita mati. Di sinilah kita bisa mengambil pelajaran dari pohon kelapa tadi. Kita hanya ditugaskan untuk tumbuh dan berkembang, mengembangkan kemampuan dan keterampilan kita.
Tapi sebagai manusia, kita juga harus tahu bagaimana seharusnya kita tumbuh, dalam arti kita harus memperhatikan arahan dari Allah S.W.T dalam membentuk diri kita. Sama seperti buah kelapa itu bukan? Dia tidak akan tumbuh keluar dari kodratnya sebagai buah kelapa kecuali dengan kehendak Allah dan kehendak Allah pasti ada maslahatnya.
Buah kelapa itu terus berkembang. Semakin matang dari hari ke hari sampai akhirnya dia dipetik ataupun jatuh. Perhatikanlah! entah mereka dipetik ataupun jatuh, mereka tetap berguna, menjadi makanan manusia ataupun hewan lainnya. Bahkan, setelah dagingnya habis, airnya habis terminum, kulit buah kelapa masih bisa diolah sebagai sabut. Bayangkan, jika saja buah kelapa itu berhenti berkembang karena kekurangan nutrisi. Buah itu tak akan berguna ataupun kurang berguna bagi sekitarnya. Tak ada yang ingin memetik buah yang belum masak, jatuh pun tidak begitu dihiraukan binatang-binatang. Singkat kata, kurang berarti.
Sama seperti manusia, tugas kita adalah mencari "nutrisi" untuk memenuhi  perkembangan kita. Mencari nutrisi yang kita butuhkan agar diri kita tidak tersia-siakan akibat kemampuan kita tidak dapat menjawab tantangan yang ada. Nutrisi yang dibutuhkan kita adalah ilmu dan iman.  Lalu, bagaimana kita bisa memperoleh "nutrisi" yang kita butuhkan itu? Jawabannya dapat beragam jika pertanyaan ini kita tanyakan kepada setiap orang.
Akan Tetapi menurut saya ada beberapa yang sering dipakai seseorang, entah dia melakukannya dalam keadaan sadar ataupun tidak. Cara-cara tersebut antara lain:  Pertama, Imitasi. Ya, orang-orang yang sukses (berhasil berkembang dengan baik) bukan selalu dia menemukan cara baru untuknya sendiri, melainkan dengan mengefektifkan cara-cara yang sudah ada lalu sedikit modifikasi sesuai keadaan dirinya. Proses imitasi ini pun punya beberapa tahap, mulai dari seseorang mendengar dan melihat orang lain yang sudah lebih dulu sukses, kemudian men-simulasikan, hingga  mengimitasi secara utuh.
Kedua, Belajar dari buku-buku. Pasti semua orang yang mencari ilmu dan iman melakukan ini. Membaca buku memang cara yang sangat baik, dengan catatan kita harus bisa menyeleksi mana buku yang isinya baik. Tentu saja, bacaan yang paling baik bagi kita (muslim), adalah bacaan Al-Qur'an. Al-Qur'an adalah ibarat manual bagi manusia. Baru kemudian Al-Hadits. Kemudian ilmu-ilmu kehidupan atau kemaslahatan kehidupan. Untuk bisa menyeleksi mana buku-buku yang sesuai dengan pencipta kita, kita bisa menanyakan ke orang yang lebih dulu sukses dari kita, ataupun mencari dari berbagai sudut pandang tentang suatu buku hingga timbul keyakinan kita pada suatu buku yang ingin kita baca.
Ketiga, Belajar dari orang yang disebut guru. Seperti yang kita lakukan, yang terdahulu juga melakukan, dan generasi di bawah kita juga akan melakukan, belajar formal di sekolah dari SD sampai tingkat perguruan tinggi. Kita belajar dari mereka yang menguasai suatu ilmu, menguasai bagaimana caranya mentransfer ilmu yang mereka miliki. Setelah kita mendapat pengarahan dari guru, kita pahami, melatihnya dengan contoh-contoh, kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan akhirnya menjadi nilai hidup kita. Guru bisa juga didapat di tempat selain yang bernama sekolah atau perguruan, teman sebaya atau kakak tingkat kita pun dapat menjadi guru bagi kita jika mereka telah mengajarkan suatu ilmu yang telah menjadi nilai di kehidupan kita. Karena guru kita adalah yang menjadikan nilai-nilai kehidupan yang kita anut, sudah seharusnya kita memilih guru yang dapat menanamkan nilai kehidupan yang sesuai kehendak pencipta kita untuk ada di diri kita. Maka dari itu, pandai-pandailah memilih gurumu dan banyak-banyaklah belajar dari berbagai guru.
Guru yang paling pertama kita temui adalah orang tua kita ataupun orang yang telah merawat kita dari bayi. Merekalah yang paling bertanggung jawab tentang nilai-nilai dasar yang tertempel di kehidupan kita, nilai dasar seperti agama, tata krama, bahasa ibu, adalah beberapa contoh nilai-nilai dasar kehidupan kita. Sebenarnya, secara sadar, tidak ada orang tua yang mau anaknya tidak berkembang dengan baik, tetapi mungkin dikarenakan kekurangan ilmu dan pengalaman dari orangtua kita, menjadikan kita mempunyai nilai dasar yang tidak kokoh. Karena itu, sebaiknya kita belajar menjadi orang tua justru sebelum menikah atau setidaknya sebelum mempunyai anak agar kita bisa membuat generasi yang lebih kuat dari generasi yang ada sekarang.
Dari pohon kelapa hingga menjadi orang tua. Itulah beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari alam yang amat kaya, yang dibentangkan oleh Allah SWT, agar kita bersyukur dan mengambil pelajaran darinya.

Tidak ada komentar: