Sabtu, 04 Mei 2013

The Miracle of Du'a



Sebagai makhluk fana, tidak banyak yang dapat dilakukan manusia tanpa adanya campur tangan Allah swt. pun itu dalam keadaan suka dan duka. Jika manusia hanya mengandalkan kemampuan fitrahnya untuk menunaikan segala hal, seperti berusaha dan bermimpi, dipastikan tidak akan banyak hal yang dapat diraih dan diselesaikan.
Sebagaimana lafaz zikir yang sering kita dengarkan, “Laa haulaa wa laa quwwata illa billah” yang berarti tiada daya dan upaya kecuali karena kehendak Allah, maka sejatinya manusia menyadari keterbatasan fitrah yang ada dalam dirinya. Lantas, bagaimana caranya agar manusia bisa meraih segala impian dan menyelesaikan segala urusan dengan keterbatasan upaya?

Senjata saat Tak Berdaya
Adalah doa, salah satu hal yang dapat dilakukan manusia guna menunaikan segala urusan di tengah keterbatasan upayanya. Di saat manusia sudah tidak bisa berbuat apa-apa pada ketentuan dan takdir-Nya, doa bisa menjadi satu cara utama yang dapat diandalkan.
Akan tetapi pemahaman di atas kerap disalahrtikan dengan “Usaha dulu baru doa belakangan”. Sebenarnya doa bukan berarti cara terakhir ketika manusia sudah tidak berbuat apa-apa lagi. Justru, doa merupakan cara utama ketika manusia sedang mengusahakan sesuatu. Seperti yang biasa tertulis di berbagai buku motivasi islami, doa dan usaha selalu disandingkan dalam satu aktivitas besar yang mana doa hendaknya diikuti dengan usaha dan usaha tidak akan bernilai apa-apa tanpa doa.
Berdasarkan hal di atas, doa menjadi satu prasyarat dalam menunaikan segala hajat manusia. Doa hendaknya menjadi pijakan pertama sebelum manusia berusaha dan memasrahkan diri pada takdir Allah.

Proses Komunikasi dengan  Allah
Doa yang berarti permintaan dan permohonan sesungguhnya merupakan sebuah kekuatan lain setelah kekuatan yang sudah ada dalam diri manusia. Doa juga bisa dikatakan sebagai kekuatan supranatural yang bisa berfungsi sebagai tangan di saat kekuatan akal dan kekuatan fisik manusia sudah tidak mampu untuk  berbuat. Di samping itu, tanpa kita sadari sejatinya proses berdoa adalah proses manusia berhubugan langsungan Sang Pencipta, Allah swt.
Sebagaimana firman-Nya tertuang dalam QS. Al-Baqarah ayat 186 yang berarti, “Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah)-Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.”

Merujuk pada ayat di atas, Allah swt sendiri telah memperkenankan makhluknya untuk berdoa kepada-Nya. Dan, dalam kalimat selanjutnya Allah menjawab bahwasanya Dia akan Mengabulkan setiap doa hamba-Nya.

Mengimbangi Doa dengan Ibadah
Di kelanjutan ayat tersebut, Allah swt. menambahkan perintah kepada manusia untuk senantiasa menenuhi perintah-Nya. Perintah yang demikian ini mengajarkan kepada manusia bahwa bukan berarti semua doa bisa dengan mudah dikabulkan oleh Allah. Ada hal-hal yang bertugas menjadi katalisator atau pemicu terkabulkanya doa. Salah satunya adalah ketakwaan manusia kepada Allah swt. Oleh karena itu apabila ingin dikabuli segala doa dan permintaan, hendaknya menginstropeksi ibadah dan mengimbangi besarnya permohonan dengan peningkatan ketakwaan kepada Allah swt.

Demikian doa menjadi satu aktivitas fitrah manusia dan menjadi aktivitas utama sebelum manusia berusaha dan memasrahkan diri pada takdir Allah swt. Dan, doa menjadi salah satu sarana menjali kedekatan kepada Allah swt. Wallahu a’lam bisshowaf. (timred)

Tidak ada komentar: