Dalam tabligh akbar di
Masjid Sunda Kelapa, Menteng, pada 8 April 2012, Majlis Intelektual dan ulama
Muda Indonesia (MIUMI) menolak rancangan undang-undang keadilan dan kesetaraan
Gender (RUU KKG). Acara ini dihadiri oleh H.Bactiar Nasir Ls, MM (sekjem
MIUMI), Dr.Adian Husaini (Univ.Ibnu Khaldun, Bogor) , H.M.Zaytun Rasmin, MA
(Ketua Umum Wahdah Islamiyah), Dr.Ahmad Zain an-Najah (pakar hukum islam,
DDII), H.Jeje Zainuddin (Pakar Hukum Islam , Persis), H.Henri Shalahuddin, MA
(pakar Gender, INSIST), Astri Ivo, dan wakil-wakil organisasi muslimah lainnya.
Pada kesempatan tersebut,
Ustad Adian Husaini sebagai wakil ketua MIUMI berkomentar “dalam perspektif
Islam, justru Allah memberi karunia yang tinggi kepada perempuan. Mereka
dibebani tanggung jawab yang lebih kecil ketimbang laki-laki. Tapi,
hanya dengan tugas yang sedikit itu wanita diberi kemudahan untuk masuk Surga
seperti lelaki. Perempuan tidak perlu berlelah-lelah menjadi khatib jumatan,
menjadi saksi dalam berbagai kasus, dan tidak wajib mencari nafkah untuk keluarganya
dirumah.”
Dimensi
akhirat inilah yang hilang dalam pemikiran tentang
“gender”. Termasuk dalam RUU gender yang sedang dibahas di DPR. Perspektif dari
RUU ini sangat sekuler karena hanya menghitung aspek dunia semata.
Beda lagi dengan komentar
Ustad Jeje, “Dulu saya punya murid di TPA cukup banyak, tapi semenjak
diberlakukannya Ujian Nasional, TPA tempat sy mengajar menjadi sepi. Kenapa?
Karena anak-anak kecil lebih memilik datang ke tempat bimbingan belajar agar
bisa lulus Ujian Nasional. Semakin jauh saja anak-anak dari ajaran agama!”
Orator selanjutnya
adalah Ustad Zain, beliau berkomentar lewat analogi Hukum
penciptaan, “kalau ingin mengubah aturan, maka jadilah dulu orang yang membuat
aturan. Karena semua SOP kehidupan sudah diatur oleh Allah sebagai pengatur
kehidupan. Lantas, apakah Manusia sama dengan Allah bisa berhak membuat dan
mengubah aturan sesuka hatinya ?”
Orator selanjutnya adalah
seorang mantan penyanyi Slow rock era 80-an yang kini akrab disapa
Bunda Aci, atau yang lebih dikenal dengan nama Astri Iv “Saya menolak RUU KKG
karena berbagai konsep tersebut bertentangan dengan ajaran agama Islam, seorang
ibu seharusnya memang berada dirumah karena Ibu adalah madrasah pertama bagi
anak-anaknya. Kalau para ibu sibuk kerja di luar rumah, lantas bagaimanakah
nasib anak-anak kita?”
Pada
akhirnya, dalam menilai suatu konsep kesetaraan Gender, seseroang
harus benar-benar memilih untuk menpatkan dirinya , apakah dia rela menerima
Allah sebagai Tuhan yang diakui kedaualatan untuk mengatur hidupnya? Seorang
Muslim, pasti tidak mau mengikuti jejak iblis , yang hanya mau mengakui Allah
sebagai Tuhan , tapi menolak diatur oleh aturan-aturan Allah , seolah-olah
manusia macam ini berkata “ya Allah , Engkau memang Tuhan, tapi jangan mencoba
mengatur hidup saya! Karena saya tidak perlu segala macam aturan dari-Mu.”
Na’udzubillahi min dzalik.(sm)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar