“Kehormatan seseorang
tergantung pada derajat cita-citanya. Cita-cita yang luhur menumbuhkan obsesi
yang tinggi, obsesi yang tinggi menumbuhkan kesuksesan yang besar.” [Ali bin Abi Thalib]
Seorang motivator bernama Dr. Denis Waitley pernah berkata, “Penyebab mengapa seseorang tidak pernah meraih cita-citanya adalah karena dia tidak mendefinisikannya, tidak mempelajarinya dan tidak pernah serius berkeyakinan bahwa cita-citanya tersebut dapat diraihnya."
Cita-cita, sekalipun ia adalah hal abstrak, ia tetap harus direncanakan dengan sematang-matangnya, direka dengan sebaik-baiknya, dan diusahakan dengan usaha terbaik kita. Demikianlah sebuah cita-cita dapat dengan mudah diprediksi mulai dari saat kita memikirkan dan merencanakannya.
Memahami Diri, Merangkai Mimpi
Kerap
kali manusia lupa akan kapasitas dirinya, sehingga apa yang diharapkan tidak
tercapai bukan karena tidak mampu, melainkan karena tidak sesuai dengan
kemampuan diri. Memahami potensi diri sebelum mencangangkan mimpi adalah cara
terbijak untuk menempuh realisasi cita-cita.
Ketika
kita sudah mengenal kapasitas diri, barulah canangkan cita-cita yang dapat
mengoptimalkan potensi dan kemampuan kita. Hal ini dikarenakan cita-cita
bukanlah untuk mengejar kebahagiaan semata, tapi juga untuk mengoptimalkan
kemampuan dan passion yang kita punya.
Tuliskan Cita-Citamu!
Dalam
ilmu psikologi dipercayai bahwa cita-cita yang dituliskan akan lebih mudah
tercapai daripada cita-cita yang hanya diucapkan. Untuk itu, mulailah
menuliskan cita-cita dalam sebuah buku khusus. Penulisan cita-cita juga harus
direka dengan baik. Menuliskan cita-cita dengan spesifik dan nyata adalah cara
terbaik mereka cita-cita.
Yakin, Ikhtiar, Doa
Sebelum
berusaha merealisasikan cita-cita, keyakinan adalah titik awal yang mutlak
harus ditempuh. Low of Attraction yang dikemukakan Rondha dalam The
Secret menjadi satu syarat khusus agar cita-cita yang direka bisa terwujud
dengan maksimal. Sebagai seorang Muslim, keyakinan dan usaha saja tidaklah cukup,
menyempurnakan harapan dengan doa, niscaya menjadi cita-cita tak sekadar rekaan
semata, tapi menjadi realita yang diberkahi-Nya.
Terakhir,
mari tetapkan bahwa rencana adalah jembatan menuju cita-cita. Mereka-reka
cita-cita dengan rencana adalah pijakan pertama menuju cita-cita. Putuskan
cita-cita, tuliskan rencana, terus berikhtiar dan berdoa adalah cara terbaik
menuju realisasi rekaan cita-cita yang Rabbani. Wallahu a’lam. (nir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar