Sebagian besar di antara kita pasti pernah ada di
posisi kebingungan menentukan kemana arah kita akan melangkah. Kaki ini seperti
terkunci atau tak menemukan arah yang pasti kemana akan melaju, meneruskan
hidup bersama waktu yang tak pernah berhenti berputar.
Adakah di antara kita yang menanyakan pada diri
sendiri, apakah gerangan yang menyebabkan kita kebingungan dalam menentukan
arah kehidupan? Satu-satunya jawaban dari pertanyaan ini adalah kurangnya
kesiapan untuk menyongsong masa depan.
“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka sendiri yang mengubahnya.” (QS. Ar-Ra’du:
11)
Kekurangsiapan mengongsong masa depan, masih dapat
dilakukan sejak sekarang. Kita bisa mengubah jalan hidup dan masa depan kita
jika kita mengusahakannya. Bagaimanakah cara?
Hidup ini sama dengan sebuah pertunjukan. Seyogyanya
sebuah acara atau pertunjukan, semuanya harus disiapkan dari jauh-jauh hari
bahkan beberapa bulan sebelum hari pelaksanaan. Sama seperti acara yang akan
kita jalankan, hidup yang hanya satu kali ini juga perlu dipersiapkan. Jika
peta pelaksanaan acara tertuang dalam sebuah proposal acara, maka proposal
kehidupan kita adalah dream book, buku mimpi atau peta kehidupan.
Mengapa Peta Kehidupan?
Sejatinya, hidup adalah sebuah perjalanan jauh menuju
kebahagian hakiki, surga yang diridhoi-Nya. Selayaknya perjalanan jauh, kita
butuh bekal dan persiapan selama perjalanan agar tidak tersesat atau gugur di
tengah jalan. Salah satu persiapan perjalanan hidup ini adalah peta kehidupan,
sebuah peta yang menggiring kita dari satu langkah kesuksesan ke kesuksesan
lainnya hingga tujuan akhir kita benar-benar tercapai.
Peta kehidupan membantu kita menjejaki kehidupan ini
sesuai dengan kapabilitas dan probabilitas yang kita punya. Sebelum membuat
peta kehidupan ini ada syarat mutlak yang harus kita lakukan, yakni mengenali
diri sendiri.
Who am I?
Siapa dirimu hanya kamu yang tahu. Tapi kta semua
harus tahu bahwa setiap diri kita adalah istimewa. Jamil
Azzaini dalam bukunya yang berjudul
“Tuhan, inilah Proposal Hidupku” menyebut diri
kita dengan ungkapan “We are the masterpice in this life. We are unvalueble!”
Begitulah penulis sekaligus motivator ini menilai bahwa setiap manusia tidak
ternilai harganya dan setiap kehidupan manusia sangatlah berharga. Dengan
demikian, nilailah diri kita dari sisi positif.
Susunlah dalam secarik kertas sisi negatif dan positif
diri kita. Pelajari semua itu, lalu optimalkan energi positif yang kita punya
dan jadikan energi negatif kita sebagai peluang untuk berubah menjadi pribadi
yang lebih baik lagi.
Let’s Rise Your Dream on Your Life Map!
Inilah saatnya menuangkan mimpi kita dalam peta
kehidupan! Setelah mengenali diri kita, sekaranglah saatnya menuangkan segala
mimpi dalam peta kehidupan.
Mulailah dengan membuat pencapaian terbesar dalam
kehidupan kita. Jadikan pencapaian terbesar itu sebagai akhir dari perjalanan
hidup kita. Selayaknya sebuah peta,
sekarang saatnya kita membuat jalur dan arah kemana saja kita akan melangkah selama
menuju pencapaian terbesar tersebut.
Jangan sesatkan diri kita dengan peta yang kita buat
sendiri! Oleh karena itu, buatlah peta kehidupan dengan sespesifik mungkin,
sedetail mungkin, dan jika perlu buatlah visualisasi dalam peta kehidupan kita,
misalnya dalam bentuk gambar.
Usaha mengubah masa depan tidak berhenti sampai pada
membuat peta kehidupan atau proposal kehidupan. Masih ada serangkaian hal yang
harus kita lakukan. Seperti yang ditulis A. Fuadi dalam Ranah 3 Warna,
“Hikayat hidup sejatinya adalah melebihkan usaha, bersabar, dan doa.”
Menuliskan peta kehidupan adalah salah satu bentu
usaha, sedangkan melebihkan usaha dengan terus berikhtiyar dan memaksimalkan
kemampuan adalah syarat mutlak yang harus dilakukan demi terlaksananya
perjalanan hidup yang sesuai dengan peta kehidupan.
Selanjutnya, bersabar dan doa adalah bagian dari dari
segenap ketawakalan diri pada Allah. Terakhir, hal terpenting adalah tetap
mensyukuri keberhasilan di setiap pencapaian kita. So, why you still read. Let’s do it, right now! (nir)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar