
Para pembaca yang di rahmati Allah swt, sebanyak ini kita belajar pelajaran tentang agama atau pemahaman tentang dien maka tentu pelajaran dengan metode kisah adalah salah satu metode yang sangat mudah dipahami dan dicerna oleh kita. "sungguh dalam kisah-kisah mereka menjadi i'tibar dan pelajaran bagi orang-orang yang berakal" sebanyak itu kisah yang kita pelajari dan kita pahami maka tidak ada seindah kisah-kisah yang kita dapatkan dari sejarah sahabat-sahabat Rasulullah saw. Sering kita tafaqur 'berfikir' apa benar mereka berbuat seperti itu? apa benar mereka telah melakukan sesuatu yang nyaris di zaman sekarang ini merupakan perbuatan hal yang mustahil?
Para pembaca yang di rahmati Allah swt, kalaulah bukan dinukilkan dengan cara yang benar, sanad yang shahih, niscaya kita telah didustakan sejarah-sejarah sahabat Rasulullah saw seperti itu, karena jauhnya dengan kenyataan hidup kita hari-hari, tapi bagaimanapun jelas mereka adalah panduan dan uswah kita di dalam hidup.
Pada kesempatan kali ini saya akan menurunkan kisah Urbah Bin Zaid ra., nama yang jarang di kenal didalam sejarah sahabat Rasulullah saw. Urbah Bin Zaid ra. adalah salah seorang sahabat Rasulullah saw dan beliau adalah salah satu potret kedermawanan si faqir. Saya katakan kedermawanan si faqir. Bagaiman seorang faqir dikatakan dermawan? Ini hal yang luar biasa. Biasanya kedermawan datang dari yang kaya, tapi lihat Urbah Bin Zaid, si faqir yang sangat dermawan. Beliau berbeda.
Para pembaca yang dirahmati Allah swt, alkisah ketika itu paceklik sedang melanda kota madinah, ekonomi kaum muslimin sedang sulit, musim panas sedang berada dipuncaknya, angin musim itu juga membawa hawa panas, debu-debu beterbangan mengotori atap-atap dan halaman rumah penduduk kota madinah, kulit serasa diiris, mata perih seperti ditetes air cuka pada luka. Bagi penduduk madinah, saat musim ini mereka lebih memilih istirahat di rumah atau di kebun mereka sambil memetik kurma muda yang kebetulan sedang ranum-ranumnya, karena pohon korma berbuah pada musim panas. Tahun itu bertepatan dengan tahun ke-9 H, satu bulan sebelum menghadapi puasa Ramadhan.
Bagi kalangan sahabat Rasulullah saw, perkembangan politik islam di madinah sangat luar biasa karena dampak dari pengiriman surat-surat Rasulullah saw kepada semua raja yang dikenal oleh bangsa Arab. Hal yang menambah panas keadaan yakni tersebarnya berita akan persiapan bala tentara Romawi, sebagai Negara yang terbesar dan terkuat di kala itu dengan kerajaan Mahasahsinah sebagai negara boneka Romawi di wilayah Syam. Sebagai tindak lanjut dari peperangan di Mu'tah yang sangat terkenal itu, Romawi tidak puas dengan hasil yang mereka peroleh dalam peperangan tersebut. Terlebih lagi ia adalah peperangan pertama Arab melawan raja Romawi yang kita kenal dengan perang Tabuk.
Bagi kalangan sahabat Rasulullah saw, perkembangan politik islam di madinah sangat luar biasa karena dampak dari pengiriman surat-surat Rasulullah saw kepada semua raja yang dikenal oleh bangsa Arab. Hal yang menambah panas keadaan yakni tersebarnya berita akan persiapan bala tentara Romawi, sebagai Negara yang terbesar dan terkuat di kala itu dengan kerajaan Mahasahsinah sebagai negara boneka Romawi di wilayah Syam. Sebagai tindak lanjut dari peperangan di Mu'tah yang sangat terkenal itu, Romawi tidak puas dengan hasil yang mereka peroleh dalam peperangan tersebut. Terlebih lagi ia adalah peperangan pertama Arab melawan raja Romawi yang kita kenal dengan perang Tabuk.
Disinilah kisah Urbah bin Zait. Ia diselipkan oleh sejarah dalam peperangan Tabuk. Peperangan pertama melawan orang romawi. Peperangan melawan raksasa kerajaan adidaya pada saat itu. Tidak biasanya Rasulullah mengabarkan kepada para sahabatnya tentang tujuan peperangan pada kala itu karena rasulullah saw biasanya menyembunyikan tujuannya. Jika seandainya tujuannya ke timur maka Rasulullah saw bertanya-tanya ke sahabatnya tentang barat, begitu seterusnya, akan tetapi keberangkatan jihad kali ini sangat jelas yaitu tujuannya Tabuk, daerah yang sangat jauh bagi bangsa arab tatkala itu. Coba lihat apa yang dilakukan orang-orang munafiqin. Mereka gelisah, gundah, karena tahu perjalanan sangat jauh. Mereka berkata sesama mereka, "Seharusnya keberangkatan tidak musim panas ini". Allah swt menurunkan ayat kepada mereka, "Janganlah berperang pada musim panas 'katakanlah hai Muhammad, sesungguhnya api neraka lebih panas sekiranya mereka mengetahui".
Para pembara yang dirahmati Allah swt, berbeda keadaannya dengan kaum muslimin. Kaum muslimin yang mendengar seruan jihad berbondong-bondong datang memenuhi ke kota madinah dari seluruh pelosok negeri. Bagaimana mereka bisa tidak berjihad di jalan Allah azzawajalla, sedangkan gerbang surga yang seluasnya, seluas langit dan bumi akan di bukakan untuk mereka. "Bersegeralah kalian kepada pengampunan dari Rabb kalian, surga yang luasnya seluas langit dan bumi dipersiapkan untuk orang-orang yang bertaqwa." (Qs. Ali Imron : 133).
Para pembara yang dirahmati Allah swt, berbeda keadaannya dengan kaum muslimin. Kaum muslimin yang mendengar seruan jihad berbondong-bondong datang memenuhi ke kota madinah dari seluruh pelosok negeri. Bagaimana mereka bisa tidak berjihad di jalan Allah azzawajalla, sedangkan gerbang surga yang seluasnya, seluas langit dan bumi akan di bukakan untuk mereka. "Bersegeralah kalian kepada pengampunan dari Rabb kalian, surga yang luasnya seluas langit dan bumi dipersiapkan untuk orang-orang yang bertaqwa." (Qs. Ali Imron : 133).
"wahai orang-orang yang beriman maukah ku tunjukkan perdagangan yang bisa menyelamatkan kalian dari azab yang pedih?" (Qs. As-Saff : 10-11) bukan dari kesengsaraan dunia yang kadang hanya 60 tahun. "Maukah aku tunjukkah perdagangan yang dapat menyelamatkan kalian dari azab yang pedih? beriman kepada Allah swt dan rasulnya". Berjihad. Terngiang-ngiang di telinga mereka "ayat-ayat jihad".
Berbondong-bondonglah mereka menuju kota Madinah ketika tahu bahwa Rasul mereka meminta bantuan. Beliau meminta para dermawan untuk menginfaqkan harta mereka untuk keberangkatan pasukan. Prihatin, disebut pasukan prihatin karena pasukan ini sangat prihatin sekali. Bagaimana tidak? sangat miskin disaat musim paceklik. Dalam perjalanan satu onta harus bergantian dengan 18 orang, masyaAllah.
Maka adalah sahabat Rasulullah saw yang dikenal dengan Urbah bin Zaid al harisi. Urbah bin Zaid al harisi hapalkan nama itu, karena nama itu nama yang memang kita ambil jarang disebut oleh orang. Akan tetapi, disebut oleh banyak makhluk Allah azzawajalla di sisi Allah. Salah satu sahabat Rasulullah saw yang faqir, tidak memiliki apa-apa di atas dunia ini, seorang yang miskin dari suku anshar dari kabilah abs. Ketika menyaksikan kesibukan yang dilakukan oleh kaum muslimin untuk persiapan jihad ke tabuk, melihat kaum muslimin dari pelosok negeri, tinggal dan menetap di tanah kelahirannya yaitu madinah, datang berbondong-bondong kemudian memancang kemah, sambil membawa apa yang mereka miliki dari senjata, dari kendaraan, memancang kemahnya menunggu hari keberangkatan mereka. Ia lihat juga transaksi di pasar-pasar madinah. Bercerita tentang berjual beli peralatan perang dari unta, kuda, baju besi dan sebagainya. Ia saksikan semua itu dengan kesedihan yang sangat mendalam. Semuanya telah membeli perlengkapan perangnya, sedangkan dirinya, apa yang telah di persiapkan? Dia tidak memiliki apa-apa, kalau hendak membeli dengan apa hendak membeli? Uang satu dirhampun ia tidak punya. Apalagi pagi itu beliau mendengar Rasulullah saw. mengatakan, begitu terbenam hatinya, tersentuh hatinya, "Barang siapa yang telah mempersiapkan pasukan sulit ini, berarti untuknya surga". Sedih hati ini, semua mendapatkan surga kecuali Urbah. Subhanallah. Semakin panas dingin tubuhnya mendengar sabda nabi saw dengan melihat kefaqiran dirinya. Kebetulan pada peperangan ini, beliau (Rasullah saw) tidak menerima mujahid kecuali dengan perlengkapan perang yang dimiliki sendiri.
Dilihat pula oleh Urbah bin zaid, ketika dia duduk bersama-sama di kota madinah di masjid Nabawi, Urbah melihat nabi dikelilingi para sahabat, tiba-tiba Abu bakar ra datang membawa harta yang dia punya yang jumlahnya 4000 dirham lalu dia letakkan di hadapan rasulullah saw, nabi berkata kepada abu bakar "Ya, abu bakar! Apa yang engkau sisakan dari 4000 dirham ini untuk kamu dan keluargamu?" Maka abu bakar menjawab, "Aku telah tinggalkan Allah dan RosulNya di rumahku". Semuanya telah di infaqkan oleh Abu bakar, makanya rasulallah saw begitu bangga dengan abu bakar ra. Rasulullah saw selalu mengingatkan "Tidak ada harta yang bermanfaat bagiku, seperti manfaatnya harta abu bakar". Umar pun datang dengan membawa setengah hartanya, usman membawa 1000 dinar dalam pakainnya lalu beliau taburkan di pangkuan rasulullah saw, beliau berkata, "tidak ada yang membahayakan usman, apapun ia perbuat setelah hari itu."
Taukah para pembaca yang dirahmati Allah swt, apa yang telah diperbuat oleh usman, dia datang dengan seribu untanya dari negeri syam, membawa segala isi dari unta tersebut makanan, pakaian dan sebagainya. Tiba-tiba datanglah tengkulak-tengkulak hendak membeli perdagangan yang baru datang tersebut. Apa kata tengkulak tersebut? "Ya Usman, kami beli harga unta tersebut dengan dua kali lipat". Berkata Usman, "Tidak! ada di antara kalian yang lebih tinggi yang dapat membelinya!" "kami membeli tiga kali lipat." Berkata lagi usman, "Tidak! belum cukup tiga kali lipat". Akhirnya tawar-menawar terjadi. "Kami beli sepuluh kali lipat, wahai Usman." Apa kata usman? "Tuan-tuan, ada diantara tuan-tuan ini yang mau membeli 1000 unta saya ini lebih dari 700 kali lipat?" Apa kata mereka? "Gila engkau Usman, siapa pula yang pernah menawar dengan 700 kali lipat perdagangan yang engkau bawa ini?" Berkata Usman, "Akan tetapi Allah telah menawarnya lebih dari 700 kali lipat, Allahuakbar!! Dia ucapkan, "Seperti orang yang menginfaqkah di jalan Allah azzawajailla seperti orang yang menanam satu buah dahan, setiap dahan menumbuhkan tujuh batang dan setiap batang menumbuhkan 100 biji" (Qs. Al-Baqoroh : 261). Allah lipatkan bagi orang yang Dia kehendaki. 1000 unta saksikanlah para tengkulak-tengkulak, sesungguhnya semua barang yang aku bawa tersebut aku infaqkan semuanya di jalan Allah.
Usman sumbangkan 1000 unta, ditambah 50 unta lagi. Beliau tambah lagi 5 ekor unta, jika ada yang tersisa beliau tambah lagi. Tidak kalah lagi Abdurrahman bin Auf sang dermawan membawa 200 rukyah perak. Datang lagi Abbas abdul Mutollib, Saad bin Maslamat, semuanya membawa harta mereka dan itu semua di bawah penglihatan Urbah bin Zaid. Sedangkan si faqir Urbah, juga melihat para sahabat yang tergolong dari kalangan tidak berada, berinfaq juga mereka itu, berinfaq dengan apa yang mereka miliki, ini Asim bin Adi ra. membawa 90 wasak dari kurma kebunnya, sebagian ada yang membawa dua mud, bahkan satu mud (yaitu sebanyak dua telapak tangan orang dewasa) saja, tidak ada seseorang yang tidak memberi kecuali kaum munafiqin. Pada mereka turun ayat Allah dalam surat At-taubah, orang-orang yang mencelaナ(ayat : 74) apa kata Allah swt."..diantara ada yang mencela relawan dari mu'minin yang bersedeqah!".AllahuakbarナApa yang dilakukan Urbah bin Zaid membawa kesedihan, apa yang bias ia perbuat disaat semua orang bias berbuat.
Usman sumbangkan 1000 unta, ditambah 50 unta lagi. Beliau tambah lagi 5 ekor unta, jika ada yang tersisa beliau tambah lagi. Tidak kalah lagi Abdurrahman bin Auf sang dermawan membawa 200 rukyah perak. Datang lagi Abbas abdul Mutollib, Saad bin Maslamat, semuanya membawa harta mereka dan itu semua di bawah penglihatan Urbah bin Zaid. Sedangkan si faqir Urbah, juga melihat para sahabat yang tergolong dari kalangan tidak berada, berinfaq juga mereka itu, berinfaq dengan apa yang mereka miliki, ini Asim bin Adi ra. membawa 90 wasak dari kurma kebunnya, sebagian ada yang membawa dua mud, bahkan satu mud (yaitu sebanyak dua telapak tangan orang dewasa) saja, tidak ada seseorang yang tidak memberi kecuali kaum munafiqin. Pada mereka turun ayat Allah dalam surat At-taubah, orang-orang yang mencelaナ(ayat : 74) apa kata Allah swt."..diantara ada yang mencela relawan dari mu'minin yang bersedeqah!".AllahuakbarナApa yang dilakukan Urbah bin Zaid membawa kesedihan, apa yang bias ia perbuat disaat semua orang bias berbuat.
Para pembaca yang dirahmati Allah swt, melihat hal itu pulanglah Urbah membawa semua kesedihannya. Urbah bin Zaid membawa kesedihan akhirat. Kesedihan dunia amat banyak, masalah anak, masalah kerja. Adakah orang seperti Urbah bin Zaid, kemana dia nanti hendak diletakkan di surga, di tingkat mana, bagaimana dia duduk bersama kawan-kawannya yang telah mendahului masuk surga. Kesedihan itu yang dia pikirkan para pembaca. Ketika senja itu, ketika senja telah menutupi bumi. Malam telah larut, Urbah berusaha memejamkan matanya. Tapi bagaimanapun, hati masih berdebar-debar. Apa yang dapat ia lakukan hanya membolak-balikkan badan kekiri dan kekanan di tikarnya yang lusuh. Kemudian dia bangkit. Timbul sebuah pemikiran baginya, mudah-mudahan akan mengurangi kegundahan hatinya. Beliaupun berdiri mengambil wudu', lalu beliau sholat..sholat.. dan sholat. Apa yang dapat dilakukan oleh orang-orang yang sengsara dan sedih, bermunajat kepada Allah. Bagi orang-orang yang kesusahan, harus mengadukan pada Sang Khalik. Mengadukan semua hal yang ia rasakan dan keluhkan, "sesungguhnnya, aku hanya mengeluhkan kesedihan dan kedukaanku hanya kepada Allah". Di dalam sholatnya, beliaupun menangis. Ia tumpahkan semua kesedihannya kepada yang memiliki isi langit dan bumi. Ia sebutkan kefaqirannya, ia sebutkan kepapahannya, ia sebutkan ketidak berdayaannya, ia sampaikan bahwa tidak ada daya, tidak ada upaya kecuali Allah, bahwa ini semua tidaklah kesalahannya, jangan pula hal ini penyebab ia bergeser kedudukannya dengan kawan-kawannya yang telah dahulu berinfaq dan bersedekah, janganlah ya Allah, jika seandainya aku dalam keadaan susah di dunia, jangan pula Engakau jauhkan dari surga-Mu, jika seadainya hari ini aku tidak bisa berbuat atas nama-Mu, jangan pula Engkau jauhkan dari Rahmat dan Ridho-Mu. Di antara doa' yang disampaikan Urbah bin Zaid sambil mengangkat kedua tangannya: "Ya Allah, Engkau perintahkan untuk berjihad, Engkau perintahkan kami untuk berjihad, Engkau perintahkan kami untuk pergi ke Tabuk, sedangkan Engkau tidak memberikan sesuatu yang dapat yang akan aku bawa berjihad bersama Rasul-Mu, dan Engkau tidak memberikan di tangan Rasul-Mu sesuatu yang dapat membawaku berangkat, Rasul-Mu tidak memiliki apa-apa, Engkaupun tahu itu".
Para pembaca yang diramati Allah, Ucapan Zaid yang Ikhlas, tidak ada yang mendengar kecuali Allah. "Maka saksikanlah wahai Allah, sesunguhnya aku telah bersedekah dari setiap muslim. Dari perlakuan zalim merekan terhadap diriku, dari perkara harta atau raga atau kehormatan."
Doa' itu berulang-ulang. "Seandainya aku tidak bisa memberi sesuatu untuk Rasul-Mu, aku tidak bisa memberi sesuatu pada Rasul-Mu, aku telah datang tadi kepada Rasul-Mu dan ditolak oleh Rasul-Mu, maka, maka ini kehormatanku, ini kedudukanku, aku telah infaqkan semuanya di jalan Allah. Ini kehormatanku, jika seandainya ada seorang muslim yang menjatuhkan kehormatanku, yang menghinakan diriku, maka aku infaqkan semua itu di jalan Allah swt. Ya Allah tidak ada yang aku infaqkan sebagaimana yang lain untuk berinfaq. Kalau sekiranya aku memiliki yang mereka punya, aku akan lakukan untukmu, berjihad di jalan-Mu, maka yang aku punya hanya kehormatan, aku hanya punya kehormatan diri, kalau Engkau bisa menerimanya, maka saksikanlah bahwa semua kehormatan telah aku sedekahkan di jalan ini, untuk-Mu." Subhanallah.
Para pembaca yang dirahmati Allah swt, alangkah jernihnya doa' tersebut. Keluar dari orang yang tidak punya sebuah apapun. Alangkah teduhnya ucapan dimalam hari yang gelap dengan bintang-bintang, terangkat ke langit ke tujuh, menggetarkan Arsy, menggetarkan Arsy... MasyaAllah.
Semua sedekah, tidak sehebat sedekah itu. Paginya, saat sholat subuh berjamaah, hadir pula Urbah bin Zaid, telah beliau lupakan pula air mata yang telah tertumpah di atas tikar pada sholat malam itu. Lupa semuanya, karena telah dibaluri dengan wudhu yang baru. Akan tetapi Allah tidak menyia-nyiakannya, tidak pernah melupakan kejadian di tempat sempit tersebut. Dikabarkan Allah swt semuanya melalui Jibril. Setelah shalat, Rasulullah saw berdiri, kemudian Rasulullah saw menanyakan. "Siapa tadi malam bersedekah yang sedekahnya itu diterima oleh Allah swt?" berkata Rasulullah saw pada semua sahabatnya, "Hendaklah berdiri!"
Tidak ada yang berdiri. Urbah pun tidak merasa dirinya bersedekah. Akan tetapi Rasulullah mendekati Urbah bin Zaid. Tercengang para sahabat Rasulullah saw. Mereka tahu sebelumnya ia ditolak oleh Rasulullah saw karena tidak memiliki apa-apa. Rasulullah saw mendekatinya kemudian ia berkata, "Bergembiralah wahai Urbah, demi jiwa Muhammad yang berada di tangan-Nya, sungguh, sedekahmu malam dini hari tadi telah ditetapkan sebagai sedekah yang diterima oleh Allah azzawajalla."
Bagaikan aliran listrik yang langsung mengalir ke sekujur tubuh Urbah bin Zaid, cahaya kebahagiaan langsung membias di wajahnya, "Benarkah ya Rasulallah?" Urbah bin Zaid bertanya-tanya. Benarkah sedekah tadi malam itu, yang tidak ada apa-apanya. Hanya sedekah kehormatan, di terima oleh Allah swt.? Alangkah bahagianya Urbah.
Penulis : Timotius Wijaya Pakpahan (Abdul Hakim)
Penceramah : Armen Halim Naro (www.kajian.net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar