Selasa, 02 April 2013

Dahlan Iskan; Penyebar Virus Optimisme




“Optimisme adalah separuh dari keberhasilan”

 
Begitulah kiranya kalimat di atas mengalir deras dalam darah sosok yang satu ini. Setelan kemeja putih dan celana panjang hitam adalah style tokoh yang satu ini. Dahlan Iskan, selain dikenal sebagai Menteri BUMN RI, patut juga dikenal sebagai seorang penyebar virus optimisme. 

Optimisme. Satu kata yang menjadi pembuka rubrik ini adalah prinsip hidup Dahlan Iskan. Dengan gayanya yang santai tapi berwibawa, Dahlan Iskan menyebutkan optimisme sebagai satu syarat mutlak untuk mencapai keberhasilan. Sebab, beliau melanjutkan, optimisme adalah separuh dari keberhasilan. Sebaliknya, Dahlan Iskan menambahkan bahwa pesimis adalah virus kegagalan yang harus ditindas dari diri pemuda Indonesia, karena pesimisme adalah separuh dari kegagalan. 

Tokoh yang sederhana ini semakin banyak dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak buku Sepatu Dahlan yang ditulis Khrisna Pabichara booming di pasaran. Persis seperti apa ang ditulis oleh Khrisna, begitulah memang sosok Dahlan yang sesungguhnya tercermin dalam tokoh utamanya. Di sela-sela kesibukannya mengurus negara, beliau masih menyempatkan diri untuk menghadiri bedah buku Sepatu Dahlan di Jakarta Book Fair 2012 lalu. Dengan duduk bersila di antara penulis-penulis muda Indonesia, Dahlan Iskan semakin memperlihatkan low profile-nya. 

Sebagai kalangan yang dikenal dengan istilah The Agen of Change, para mahasiswa pasti penasaran dengan makna perubahan yang dimiliki Dahlan Iskan. Untuk itu, Nuraniku mengawali percincangan dengan beliau melalui topik perubahan. 

Sebuah realitas, begitulah Dahlan Iskan menyampaikan makna perubahan yang diusungnya. Adalah realistis yang menjadikan seseorang menyadari posisinya dan zaman di mana ia hidup saat ini. Hal ini disampaikan beliau sebab dengan demikian seseorang akan melihat dengan jujur dan memiliki kemauan untuk berubah. 

Tak seperti orang tua kebanyakan, ketika dimintai nasihat untuk para mahasiswa, Dahlan Iskan hanya menjawab singkat, “Setiap orang hidup di zamannya masing-masing. Setiap zaman memiliki generasinya sendiri. Apa yang menjadi solusi di zaman saya belum tentu solusi di zaman Adik.” Jawaban di atas menunjukkan betapa realistisnya sosok Dahlan Iskan. 

Melalui karya Khirsna Pabichara, kita akan tahu bahwa Dahlan Iskan tumbuh dari keluarga petani buruh–petani yang tidak memiliki sawah sendiri. Sejak kecil, Dahlan Iskan juga terbiasa mengangon kambing orang lain untuk meringankan beban kedua orang tuanya. Kerasnya hidup yang berkekurangan di desa Kebon Dalem pada 1960-an menjadikan beliau tumbuh sebagai sosok yang kenal putus asa. 

Sebagai penyebar virus optimisme, Dahlan Iskan menginginkan pemuda Indonesia untuk terus memandang ke depan dan menjadikan masa lalu atau sejarah sebagai spion untuk menjadi lebih baik lagi. Di akhir perbincangan ini Dahlan Iskan berpesan kepada seluruh pemuda Indonesia untuk meniatkan segala tindakan demi perubahan yang lebih baik. [fm]

Tidak ada komentar: