Sabtu, 04 Mei 2013

Berproses Men(jadi)

Oleh : Ahmad Khairudin*
Apakah kalian tahu bagaimana proses pembuatan pedang, khususnya pedang yang memiliki kualitas terbaik? Saya pernah melihat proses pembuatan pedang yang biasanya memerlukan proses yang lama, dengan beberapa proses di antaranya adalah  besi atau baja yang biasanya digunakan dalam pembuatan pedang ini dipanaskan terlebih dahulu dengan bara api yang bersuhu tinggi dalam sebuah wadah hingga besi atau baja itu mencair, setelah mencair , hasil leburan didih besi/baja itu kemudian dicetak dalam sebuah wadah dengan bentuk pedang yang diinginkan, lalu cetakan pedang tersebut didiamkan beberapa hari agar cetakan padat dan sesuai dengan bentuk yang diinginkan, kemudian bentuk cetakan tadi di panaskan pada suhu api yang panas untuk selanjutnya ditempa  dalam keadaan  masih panas, hal ini dimaksudkan agar bisa membentuk pedang yang diinginkan tapi dalam masih dalam kondisi kasar.
Setelah proses di atas, pedang dimasukan ke dalam wadah yang berisi oli sampai dingin. Maksudnya, agar besi atau baja yang terbakar tadi menjadi baja tua dan kuat agar tidak mudah patah. Proses selanjutnya adalah besi tempaan tadi dipoles untuk menghaluskan permukaan yang masih kasar. Setelah dihaluskan, sisi yang akan menjadi mata pedang diasah agar pedang tersebut menjadi tajam. Dan akhir dari proses tersebut adalah pemberian gagang dan sarung pada pedang tersebut selain berfungsi untuk memperindah pedang juga untuk menjaga pedang tersebut agar tidak berkarat. Maka jadilah sebuah pedang terbaik selesai dibuat.
Ada sebuah sisi lain yaitu hal yang bisa kita pelajari dalam sebuah proses pembuatan pedang terbaik, sama halnya dengan manusia yang  mencoba belajar menjadi manusia terbaik. Pedang awalnya berasal dari bahan yang sama yaitu besi atau baja, tapi tak semua besi bisa berproses menjadi pedang. Besi harus melalui proses pemanasan dalam satu wadah dengan suhu tinggi hingga akhirnya menjadi cair dan mudah di bentuk. Diibaratkan manusia juga butuh wadah, misalkan dengan berorganisasi, bergabung dengan komunitas atau tempat  manusia bisa melebur memanaskan suhu kondisi dirinya agar mampu dibentuk seperti apa yang dia inginkan.
Kemudian besi ditempa dalam kondisi yang masih panas agar mudah di bentuk, didinginkan dan dibiarkan agar besi yang sedang diproses menjadi pedang itu bisa menjadi baja tua yang kuat. Sekali lagi kita dapat belajar mengambil makna bahwa manusia yang sedang berproses dalam hidupnya harus ditempa (mendapatkan ujian), pukulan demi pukulan dalam kehidupan agar terbentuk menjadi seseorang yang kuat menjalani hidupnya.
Proses akhir dari pembuatan pedang adalah menghaluskan permukaan yang masih kasar, lalu mengasah bagian besi yang akan dijadikan mata pedang. Diberikan pula pegangan (tangkai pada pedang). Jika semua proses telah dilakukan, maka jadilah besi itu menjadi pedang yang tajam, indah serta memiliki kekuatan membunuh. Sama saja saat manusia berproses untuk menjadi pribadi yang lebih baik, dia harus paham dan merenungi setiap hal yang sudah dilakukan, apa hikmah dari setiap pelajaran dan keputusan apa yang nantinya diambil untuk perubahan diri ke arah yang lebih baik.
Selanjutnya gagang (tangkai pedang) dan sarungnya yang digunakan sebagai pelindung dan artinya manusia yang berproses menjadi pribadi yang lebih baik itu harus bersikap tidak sombong dan tetap rendah hati. Begitulah proses pembuatan pedang yang bisa kita kaitkan dengan berprosesnya manusia agar bisa menjadi seseorang yang lebih baik dalam hidupnya.
Amanah Mendewasakan Diri
Jika kita mahasiswa tentulah cara kita berproses di kampus memiliki banyak versi dan   cara. Sebagai contoh dari berbagai kasus, yang mungkin salah satunya adalah kita. Kita bisa saja hanya menjadi seorang mahasiswa biasa yang aktivitasnya hanya kuliah kemudian pulang. Ya, hanya sebatas ritual rutinitas harian, itupun bisa dikatakan mahasiswa yang memiliki amanah. Namun dia hanya berpikir amanah untuk akademiknya saja. Contoh   kasus lainnya adalah ketika kita memilih   menjadi seorang mahasiswa yang aktif di  lembaga organisasi dengan berbagai agenda dan kegiatan, di sana justru lebih banyak dan kompleks dalam menerima amanah. Kita bisa banyak belajar dan melihat dari lingkungan sekitar serta menafsirkan bagaimana tiap tipe mahasiswa berproses menjadi seseorang di kampus.
Menjadi seorang yang menerima amanah artinya harus siap dengan segala macam situasi. Jika kita mahasiswa sekaligus aktif di lembaga organisasi kampus, itu artinya kita harus siap dengan tugas-tugas tambahan yang membuat waktu kita lebih banyak bekerja, lebih banyak memikirkan  masalah dan menjalankan program kerja yang menjadi akad (perjanjian) ketika sama-sama  menjalankan amanah di organisasi tersebut. 
Tak sedikit mahasiswa yang awalnya dengan semangat mengikuti organisasi kemudian  karena banyaknya tugas kuliah, aktivitas dan kesibukan ini-itu terjadilah seleksi alam. Sebenarnya itu masalah klasik. Namun selama kita sadar sampai akhirnya kita memilih     beberapa amanah saja dalam berproses, kita harus memiliki kejelasan dengan beberapa pertimbangan. Beberapa pertimbangan tersebut adalah (1) sikap; kita harus baik dan bijak dalam menyikapi amanah, (2) prioritas; mana hal penting, sangat penting, mendesak dan sangat mendesak, dan (3) kebermanfaatan; nilai ini yang sampai akhirnya kita mampu memahami kenapa kita harus menjalankan lagi amanah itu atau tidak.
Tak perlu kita jadikan amanah sebagai beban. Yakinlah bahwa amanah yang kita jalani hari ini merupakan sebuah bentuk dari cara Allah Subhaanahu wa ta’ala mendewasakan diri kita. Hadapi, hayati dan nikmati!
Berproses Men(jadi)
Man Jadda Wajada; siapa yang bersungguh-sungguh, dia akan berhasil. Sebuah pepatah arab yang booming dari novel trilogi Negeri 5 Menara ini banyak menyihir orang untuk menyemangati hidup dan perjuangannya, khususnya dalam menjalankan amanah hidupnya. Kata yang sederhana namun sarat  makna. Man Jadda Wajada mengajarkan kita agar senantiasa berdzikir, berpikir, dan berikhtiar, sisanya pasrahkan kepada-Nya. Kita tak tahu ke depannya akan menjadi apa dan menjalani hidup seperti apa, namun ketika kita yakin pasti kita akan menemukan jalannya. 
"Wa inna minal bayaani lasihran", "Sesungguhnya sebagian dari perkataan itu benar-benar dapat menyihir (memberi pengaruh kuat)." (HR Bukhori, At Tirmidzi, Abu Dawud dan Ahmad)
Hadist ini melambangkan perjuangan seseorang dalam menjalankan amanah untuk berproses menjadi “seseorang”. Banyak cerita, kisah, bahkan perjalanan hidup kita sendiri yang menjadi saksi sebuah perjuangan yang dilakukan dengan sungguh-sungguh. Terkadang mungkin kita rasakan sebuah perasaan selalu pesimis dan bimbang dalam berbagai pilihan, namun kata-kata itu mampu menyihir dan memberikan semangat baru.
Diperkuat dengan Firman Allah Subhaanahu wa ta’ala yaitu:
”Sesungguhnya Allah tidak akan merubah  nasib suatu kaum, kecuali kaum itu sendiri yang merubah apa-apa yang ada pada diri mereka ” (QS.13:11).
Hidup adalah sebuah perubahan dan hidup adalah keseimbangan. Untuk mengubah hidup harus berimbang antara ihktiar lahir dan ikhtiar batin. Seperti halnya hablum minallah dan hablum minannas, malam dan siang, pagi dan sore, pria dan wanita. Karena “berproses menjadi” berarti kita datang di kampus pendidikan ini lengkap dengan beberapa tahap pendewasaan diri, dengan berbagai macam masalah yang nantinya akan dihadapi. Awalnya kita boleh ragu, boleh takut namun setelah melawati ini suatu saat kita akan paham bahwa di dunia ini, untuk menjadi yg terbaik, kompetitor sejati tidak pernah datang dari luar. Tapi bagaimana mengalahkan diri sendiri?        Mengalahkan ketakutan, mengalahkan perasaan gentar, mengalahkan kemalasan, mengalahkan tinggi hati tidak mau belajar, dan mengakui orang lain lebih baik, mengalahkan semua batasan-batasan yang mengekang diri sendiri? Jika hal ini berhasil dikalahkan, sukses untuk “berproses menjadi” hanya soal waktu dan menghasilkan diri menjadi yang terbaik.
Di paragraf sebelumnya sudah dijelaskan pepatah Arab “Man Jadda Wajada”, bisa dibilang mantra sakti yang memiliki makna yang sangat kuat dan mampu memberikan semangat dan stimulasi yang luar biasa dalam kehidupan ini. 'Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil'. Tapi di balik itu semua, apakah tulisan ini penting? Sama sekali tidak penting jika kita hanya membaca dan tidak tergerak untuk melakukan usaha yang sungguh sungguh. ya, berproses bisa dikatakan sederhana dan sesulit itu. Meskipun sulit, semoga proses untuk menjadi pribadi yang kita inginkan mampu kita lewati dengan sederhana.
*Mahasiswa Program Studi Pendidikan Teknik Elektronika 2009 | Kepala Dept. Kaderisasi  LSO PDK Nuraniku UNJ

Tidak ada komentar: