Minggu, 27 Mei 2012

Eksistensi Pesantren Masa Dulu dan Masa Kini dalam Paradigma Pendidikan Indonesia

Oleh Evi Syahida
Sejarah mencatat, terdapat dua versi kelahiran pesantren di Indonesia. Versi pertama menyatakan bahwa sejak awal Islam datang ke Indonesia, para ulama menyiarkan islam dalam bentuk pelaksanaan kegiatan tarekat, terbukti dengan munculnya organisasi-organisasi tarekat. Sang kiai yang menjadi pemimpin tarekat mengajak para pengikutnya untuk melaksanakan suluk yakni tinggal di masjid selama kurang lebih 40 hari. Selama suluk, mereka melaskanakan kajian-kajian keislaman. Hal ini lah yang melatarbelakangi tumbuh dan berkembangnya institusi pesantren.
Versi kedua menyatakan bahwa pesantren islam di Indonesia merupakan rujukan dari pesantren Hindu yang terdapat di Indonesia. Seperti yang diungkapkan sejarah, Hindu terlebih dahulu masuk ke Indonesia dibandingkan dengan Islam. Saat itu dalam agama Hindu sudah muncul pesantren Hindu yang bertujuan mengkader serta membimbing para muridnya sesuai dengan tradisi agama Hindu. Secara faktual, pada awalnya pesantren justru ditemukan di negara-negara mayoritas Hindu, bukan di negara Islam sehingga dapat disimpulkan bahwa pesantren bukan berakar dari Islam. Hanya saja seiring berkembang zamannya, muncullah pesantren Islam yang berlandaskan nilai-nilai islami.
Pesantren bukan hanya berperan sebagai lembaga pendidikan islami, namun juga lembaga kepedulian sosial. Hal itu dapat dilihat dari berbagai aktivitas yang kerap dilaksanakan di dalamnya, baik antar santri maupun dengan masyarakat sekitar. Banyak orang  awwam memandang pesantren sebagai tempat lahirnya para ulama. Hal tersebut bukan untuk dijadikan cibiran semata, justru kelahiran ulama itulah merujuk pada fokus pembentukan karakteristik diri dalam pesantren itu sendiri. Seorang ulama tidak cukup hanya cakap dalam akademik dan humaniora, namun juga harus ditunjangn dengan akhlak yang baik serta pengetahuan agama yang memadai.  Jika kita menelisik tujuan dari pesantren itu sendiri, kelahiran para ulama dari pesantren sudah cukup memnuhi tujuan di dalamnya.
Karakteristik pesantren masa kini dibandingkan puluhan tahun lalu sebenarnya hampir sama, hanya saja mungkin terdapat penambahan-penambahan karakteristik sesuai perkembangan zaman. Contohnya di masa awal kemunculan, dalam pesantren belum terdapat  laboratorium komputer dan internet yang terhubung. Namun kini komputer dengan segala atribut pelengkapnya menjadi hal yang tidak dapat terpisahkan, sekalipun lokasi pesantren yang jauh dari perkotaan.
Karakteristik pesantren berkaitan dengan ruh dan peran yang terdapat di dalamnya. Ruh pesantren terletak pada budaya Islami yang berlandaskan Al-Qur’an dan As-sunah. Sementara peran pesantren antara lain sebagai :
1.       Lembaga Pendidikan sesuai kurikulm cakupannya;
2.      Lembaga Keilmuan yang melahirkan para inteletual muda;
3.      Lembaga Pelatihan yang menghasilkan SDM untuk dapat dilatih;
4.      Lembaga Pemberdayaan Masyarakat yang pada akhirnya para lulusannya kembali ke masyarakat;
5.      Lembaga Bimbingan Agama yang melahirkan para santriwan dan santriwati berakhlak qurani.
Dalam pesantren terdapat beberapa kegiatan pendidikan yang cakupannya lebih luas daripada di sekolah-sekolah umum, antara lain tarbiyah, ta’lim, tadris, taslik, tatsqif dan sebagainya. Persamaannya keseluruhannya terletak pada tujuannya yakni mentransfer ilmu untuk dapat di-implementasikan. Berbicara mengenai pendidikan, berbicara pula mengenai masa depan bangsa. Tanpa pendidikan, seseorang akan kehilangan arah di dunia, bahkan tidak tahu banyak hal. Selain itu tak selamanya pendidikan berjalan semulus jalan tol, ada kalanya batu menghadang. Salah satu di antaranya adalah munculnya miskonspsi pendidikan secara umum. Banyak orang  memandang bahwa institusi pendidikan adalah sbeuah pabrik penghasil ‘boneka’ manusia yang siap dipekerjakan. Padahal manusia-manusia intelek itu pun tak serta merta siap dipekerjakan, akan tetapi masih membutuhkan pelatihan pendidikan. Ingat, pendidikan berlanngsung seumur hidup.
Tanpa bermaksud menonjolkan pesantren dengan memojokkan sekolah umum, pesantren dipercaya dapat mengubah anak yang badung menjadi sholih. Hal ini terlihat dari banyaknya para orangtua yang mengirimkan anak mereka yang notabene belum sholih, ke pesantren. Beberapa di anatara mereka berhasil, namun tak sedikit yang belum berhasil. Hal ini bukan karena reputasi pesantren yang tereduksi, namun kembali lagi pada pendidikan yang diberikan orangtua dan kondisi jiwa sng anak. Faktor lain yang mempengaruhinya adalah pendidikan karakter yang saat ini marak digaung-gaungkan.
Eksistensi suatu hal dapat terwujud jika hal tersebut berkembang, begitupun dengan pesantren.  Perkembangan pesantren dapat dilakukan dari berbagai cabang, baik dari kulaitas santri, sarana-prasarana serta kurikulumnya. Setiap harinya para santri menjalani kehidupan bersama dalam sebuah pesantren yang sama. Hal ini tentu membuat ukhuwah mereka semakin erat, bahkan mungkin sedekat keluarga. Setiap harinya pula mereka bersosialisasi dengan teman dan guru yang sama selama berjam-jam. Hal itu seharunya pun membuat para pendidik di pesantren meahami karakteristik siswanya sehingga dapat melaksanakan pendidikan karakter yang sesuai.
Tidak semua buah yang tumbuh dari pohon yang sama, menjadi buah yang sama. Dalam artian, beberapa dari buah-buah itu mungkin akan dimakasn begitu saja, mungkin ada yang dijadikan keripik buah, atau mungkin dijadikan rujak. Begitupun dengan lulusan pesantren. Tidak semua lulusan pesantren berujung pada profesi ulama. Lihat saja kisah sukses dari salah satu lulusan pesatren Gontor (Ponorogo) bernama Ahamd Fuadi. Beliau kini menjadi seorang penulis yang hebat. Namun tetap saja, profesi apapun yang mereka emban kelak, dakwah harus tetap berjalan lewat profesi itu.
Dimanapun pesantren itu berada kini, kultur islami yang dibawanya sejak awal harus tetap tertransformasikan. Jangan biarkan kultur tersebut memudar akibat pengaruh zaman yang kian modern. Justru modernisasi zaman harus dijadikan kesempatan emas untuk dapat lebih mengenalkan pesantren di Indonesia khususnya dan di dunia umumnya. 

DAFTAR PUSTAKA
Anisah, Hindun, et. Al. Praksis Pembelajaran Pesantren. Yogyakarta: Instite for Training and    Development ITD) Amherst, MA.2007
Mustari, Mohamad. Peranan Pesantren dalam Pembangunan Masyarakat Desa. Yogyakarta: Multipress. 2010

BIODATA
NAMA                        : Evi Syahida
ASAL                         : FMIPA UNJ 2011
EMAIL                       : matematika.kimia@gmail.com

Tidak ada komentar: