Oleh:
Sukmawadi Sulistyo (PensClub)
Belajarlah dari pohon
kelapa, begitu banyak manfaat yang bisa diambil darinya. Mulai dari akar sampai
ujung daunnya sekalipun. Pohon kelapa memberikan manfaat keberadaannya bagi manusia. Tapi, jika
kita perhatikan lebih dekat, pohon kelapa, bahkan pohon lainnya yang mempunyai
buah, mengandung pelajaran tentang kehidupan.
Buah kelapa, yang
semakin hari semakin besar, semakin matang semakin berat, tetapi hanya ditopang
oleh tangkai buah yang kecil. Hal ini menyebabkan buah kelapa dapat jatuh
sewaktu-waktu karena angin kencang atau goncangan. Seperti kita hidup sebagai
manusia, tidak ada yang tahu kapan hari kematian kita tiba. Kita dilahirkan,
menjalani hidup dan kemudian mati. Tidak ada seorang pun tahu kapan seorang
anak akan dilahirkan, kepastian
masa depannya, dan kapan mati serta bagaimana kita mati. Di sinilah kita bisa
mengambil pelajaran dari pohon kelapa tadi. Kita hanya ditugaskan untuk tumbuh
dan berkembang, mengembangkan kemampuan dan keterampilan kita.
Tapi sebagai manusia,
kita juga harus tahu bagaimana seharusnya kita tumbuh, dalam arti kita harus
memperhatikan arahan dari Allah S.W.T dalam membentuk diri kita. Sama seperti
buah kelapa itu bukan? Dia tidak akan tumbuh keluar dari kodratnya sebagai buah
kelapa kecuali dengan kehendak Allah dan kehendak Allah pasti ada maslahatnya.
Buah kelapa itu terus
berkembang. Semakin
matang dari hari ke hari sampai akhirnya dia dipetik ataupun jatuh.
Perhatikanlah! entah mereka dipetik ataupun jatuh, mereka tetap berguna, menjadi makanan
manusia ataupun hewan lainnya. Bahkan, setelah dagingnya habis, airnya habis
terminum, kulit buah
kelapa masih bisa diolah sebagai sabut. Bayangkan, jika saja buah kelapa itu
berhenti berkembang karena kekurangan nutrisi. Buah itu tak akan berguna ataupun kurang
berguna bagi sekitarnya. Tak ada yang ingin memetik buah yang belum masak,
jatuh pun tidak begitu dihiraukan binatang-binatang. Singkat kata, kurang
berarti.
Sama seperti manusia,
tugas kita adalah mencari "nutrisi" untuk memenuhi perkembangan kita. Mencari nutrisi yang kita
butuhkan agar diri kita tidak tersia-siakan akibat kemampuan kita tidak dapat
menjawab tantangan yang ada. Nutrisi yang dibutuhkan kita adalah ilmu dan
iman. Lalu, bagaimana kita bisa
memperoleh "nutrisi" yang kita butuhkan itu? Jawabannya dapat beragam
jika pertanyaan ini kita tanyakan kepada setiap orang.
Akan Tetapi menurut saya ada beberapa yang sering dipakai
seseorang, entah dia melakukannya dalam keadaan sadar ataupun tidak. Cara-cara
tersebut antara lain: Pertama, Imitasi. Ya, orang-orang yang sukses (berhasil berkembang
dengan baik) bukan selalu dia menemukan cara baru untuknya sendiri, melainkan
dengan mengefektifkan cara-cara yang sudah ada lalu sedikit modifikasi sesuai keadaan dirinya. Proses
imitasi ini pun punya beberapa tahap, mulai dari seseorang mendengar dan
melihat orang lain yang sudah lebih dulu sukses, kemudian men-simulasikan,
hingga mengimitasi secara utuh.
Kedua, Belajar dari buku-buku. Pasti semua orang yang mencari
ilmu dan iman melakukan ini. Membaca buku memang cara yang sangat baik, dengan
catatan kita harus bisa menyeleksi mana buku yang isinya baik. Tentu saja,
bacaan yang paling baik bagi kita (muslim), adalah bacaan Al-Qur'an. Al-Qur'an
adalah ibarat manual bagi manusia. Baru kemudian Al-Hadits. Kemudian ilmu-ilmu kehidupan atau
kemaslahatan kehidupan. Untuk bisa menyeleksi mana buku-buku yang sesuai dengan
pencipta kita, kita bisa menanyakan ke orang yang lebih dulu sukses dari kita,
ataupun mencari dari berbagai sudut pandang tentang suatu buku hingga timbul
keyakinan kita pada suatu buku yang ingin kita baca.
Ketiga, Belajar dari orang yang disebut guru. Seperti yang kita
lakukan, yang terdahulu juga melakukan, dan generasi di bawah kita
juga akan melakukan, belajar formal di sekolah dari SD sampai tingkat
perguruan
tinggi. Kita belajar dari mereka yang
menguasai suatu ilmu, menguasai bagaimana caranya mentransfer ilmu yang mereka
miliki. Setelah kita mendapat pengarahan dari guru, kita pahami, melatihnya
dengan contoh-contoh, kemudian menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan
akhirnya menjadi nilai hidup kita. Guru bisa juga didapat di tempat selain yang
bernama sekolah atau perguruan, teman sebaya atau kakak tingkat kita pun dapat
menjadi guru bagi kita jika mereka telah mengajarkan suatu ilmu yang telah
menjadi nilai di kehidupan kita. Karena guru kita adalah yang menjadikan
nilai-nilai kehidupan yang kita anut, sudah seharusnya kita memilih guru yang
dapat menanamkan nilai kehidupan yang sesuai kehendak pencipta kita untuk ada
di diri kita. Maka dari itu, pandai-pandailah memilih gurumu dan
banyak-banyaklah belajar dari berbagai guru.
Guru yang paling
pertama kita temui adalah orang tua kita ataupun orang yang telah merawat kita
dari bayi. Merekalah yang paling bertanggung jawab tentang nilai-nilai dasar
yang tertempel di kehidupan kita, nilai dasar seperti agama, tata krama, bahasa
ibu, adalah beberapa contoh nilai-nilai dasar kehidupan kita. Sebenarnya,
secara sadar, tidak ada orang tua yang mau anaknya tidak berkembang dengan
baik, tetapi mungkin dikarenakan kekurangan ilmu dan pengalaman dari orangtua
kita, menjadikan kita mempunyai nilai dasar yang tidak kokoh. Karena itu,
sebaiknya kita belajar menjadi orang tua justru sebelum menikah atau setidaknya
sebelum mempunyai anak agar kita bisa membuat generasi yang lebih kuat dari generasi
yang ada sekarang.
Dari pohon kelapa hingga menjadi orang tua. Itulah beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari alam
yang amat kaya, yang dibentangkan oleh Allah SWT, agar kita bersyukur dan mengambil
pelajaran darinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar