Oleh: Dian
Septi Handayani
Berbagai media cetak maupun
elektronik di tanah air kini tengah dihebohkan dengan berita dari penyanyi
nyentrik “Lady Gaga” terkait isu akan dibatalkannya konser yang akan diadakan
Juni mendatang. Hal ini disampaikan langsung oleh pihak kepolisian atas
pertimbangan dari banyak pihak yang merasa bahwa kedatangan Lady Gaga ke
Indonesia akan membawa dampak buruk bagi generasi muda Indonesia terutama dalam
hal moral. Sebab, Lady Gaga dianggap terlalu mengagung-agungkan kebebasan dan
gaya hidup glamor yang dikhawatirkan akan ditiru oleh banyak anak muda di tanah
air. Beberapa minggu yang lalu, Indonesia juga baru saja menerima tamu dari
negeri ginseng “Korea” melalui kedatangan Super Junior (Suju) yang disambut
dengan sangat antusias oleh para ELF (sebutan bagi penggemar Suju) diseluruh
pelosok Indonesia. Para fans terutama dari kalangan remaja tak segan-segan
merogoh kocek yang lumayan besar untuk menyaksikan konser 2,5 jam tersebut.
Berkaca pada apa yang dilakukan
generasi muda saat ini, pemerintah Indonesia saat ini sedang menggalakkan
program pendidikan karakter. Hal ini dilakukan dalam upaya mendekatkan kembali
jati diri bangsa yang mulai luntur dalam jiwa-jiwa muda Indonesia. Pemuda
pemudi bangsa kini lebih bangga menggunakan produk-produk luar negeri dan
menjadikan mereka sebagai panutan baik dalam fashion, gaya hidup maupun
perilakunya. Lalu, bagaimana pandangan Islam terhadap hal ini? Bagaimana pula
pendidikan karakter dilihat dari sudut pandang Islam? Apakah cukup relevan
dengan kondisi umat Islam di Indonesia saat ini serta mengapa pendidikan
karakter Islam dianggap menjadi hal yang penting untuk kemajuan sebuah bangsa?
Mengutip
perkataan bijak seseorang bahwa “Esensi penting dari pendidikan adalah berbagi
pada sesama.” Maka, sedikit apapun ilmu yang kita miliki tak akan berguna jika
tidak ada pengamalan terhadap ilmu yang dimiliki. Rasulullah Sholallahu alaihi
wassalam pun menyampaikan dalam haditsnya, “Sampaikanlah walau satu ayat.”
Pendidikan merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari kehidupan manusia
sebagai makhluk yang diberikan akal dan pikiran. Dalam pendidikan terdapat
proses belajar yang akan terus berlangsung seumur hidup. Artinya, manusia akan
selalu meng-update ilmu yang dimilikinya selama ia hidup.
Istilah karakter sendiri berasal dari bahasa Latin “charakter”, yang antara lain berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi
pekerti, kepribadian atau akhlak (Oxford). Sedangkan secara istilah, karakter
diartikan sebagai sifat manusia pada umumnya dimana manusia mempunyai banyak
sifat yang tergantung dari faktor kehidupannya sendiri. Karakter
adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas
seseorang atau sekelompok orang. Sedangkan dalam Islam, karakter lebih dikenal
dengan istilah akhlak, dimana akhlak dibagi dibedakan menjadi 2 yaitu akhlakul
karimah (akhlak terpuji) dan akhlakul mazmumah (akhlak tercela). Akhlak
dianggap sebagai hal paling penting untuk dimiliki oleh umat Islam sebab
menjadi penentu.
Pendidikan
karakter dalam pandangan Islam sejatinya merupakan refleksi dari masyarakat
Madani, yakni masyarakat yang menjunjung tinggi adab, sopan santun dan ketaatan
pada peraturan. Masyarakat madani terbentuk dari keluarga yang mementingkan
penanaman akhlak kepada anak-anaknya. Sebagaimana kita tahu bahwa peran Ibu
sebagai sekolah pertama bagi anak-anaknya. Ibu berperan besar terhadap
pendidikan karakter (akhlak) bagi anak-anaknya sebelum kemudian bersosialisasi
di lingkungan masyarakat. Ibu juga yang mengenalkan dunia Islam pertama kali
dan menanamkan nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan kepada Allah Subhanahu Wa
Ta’ala. Contoh dari hasil pendidikan karakter yang baik telah diberikan kepada
sosok panutan kita Baginda Rasulullah SAW. Dimana dalam diri beliau telah
terdapat suri tauladan yang baik. Pendidikan karakter dalam diri Rasulullah mendapatkan
bimbingan langsung dari Allah SWT. Sehingga setiap perilaku dan ucapan beliau
telah terjaga dari hal-hal buruk agar dapat dijadikan teladan oleh kita sebagai
umatnya.
Fenomena
Lady Gaga atau pun Super Junior hanyalah sebagian kecil dari banyaknya kaum
muda di Indonesia yang mayoritas Muslim, yang begitu mengidolakan sosok-sosok
tersebut sebagai panutannya baik dalam hal berpakaian, berperilaku, hingga
mengikuti sebagian besar gaya hidup idola mereka. Padahal sosok idola mereka
tersebut hanyalah manusia biasa yang memiliki banyak kekurangan disisi lain
kehidupannya. Berbeda hal jika mengidolakan Rasulullah yang dapat dijadikan
teladan dalam semua sendi kehidupannya. Maka, berapa banyak pemuda muslim saat
ini yang mengidolakan sosok Rasulullah SAW atau berapa banyak yang mengenal
sosok beliau baik sebagai pemimpin negara, suami, ayah dan pengusaha sukses.
Tentunya hal inilah yang sangat kita khawatirkan saat ini. Pemuda Muslim
Indonesia yang semakin jauh dari nilai-nilai islam yang luhur.
Berdasarkan
keadaan pemuda muslim Indonesia saat ini, penulis mengambil beberapa kesimpulan
terkait alasan pentingnya pendidikan karakter, diantaranya sebagai berikut:
- Pendidikan karakter merupakan identitas bangsa
Suatu bangsa terlihat
baik dilihat dari kondisi pemudanya. Dengan adanya karakter yang kuat dalam
diri pemuda dapat menjadi identitas bangsa Indonesia. Dimana terdapat jiwa yang
kuat, disiplin, pekerja keras, kreatif dan menjunjung tinggi kejujuran.
- Pendidikan karakter dapat digunakan sebagai simbol dari nasionalisme dan jati diri bangsa
Karakter
dari setiap bangsa tentu berbeda. Penanaman karakter yang kuat dalam masyarakat
dapat digunakan sebagai simbol nasionalisme (kecintaan terhadap tanah air) dan
jati diri bangsa Indonesia
- Pendidikan karakter yang baik turut menunjang kemajuan bangsa
Karakter
yang tertanam baik dari setiap warga Indonesia khususnya para pemuda akan turut
menunjang kemajuan suatu bangsa. Misalnya penanaman karakter kepemimpinan yang
baik dapat menghasilkan pemimpin-pemimpin yang baik di masa depan bagi bangsa
tersebut.
- Pendidikan karakter dapat menghindarkan diri dari berbagai pengaruh buruk luar
Apabila
pendidikan karakter yang baik telah tertanam kuat dalam diri seseorang, hal
tersebut dapat dijadikan imun (daya tahan tubuh) untuk menangkal berbagai
pengaruh buruk dari luar. Pengaruh yang buruk dapat berasal dari lingkungan,
teman maupun pergaulan di masyarakat. Pengaruh buruk lainnya dapat pula
memungkinkan berasal dari luar negeri seperti halnya yang terjadi saat ini.
Pemuda Indonesia yang banyak meniru gaya hidup barat yang memiliki
kecenderungan negatif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar